Dakwah By Koper

     Nun jauh di pulau seberang, dakwah Islam  semakin menggeliat. Pada hari Ahad (21/6/2015) penulis berkesempatan mewawancarai Ocnatias Eka Saputri mahasiswi Pascasarjana Sains Psikologi Universitas Ahmad Dahlan tentang perkembangan dakwah di Bau-bau, Pulau Buton. Penulis diajak menelisik lebih jauh perkembangan dakwah Islam di Pulau Buton yang terletak di Sulawesi Tenggara. Mulai jaman hijab yang dianggap aneh hingga usaha-usaha untuk mendekatkan Islam dengan cara unik yang digagas salah seorang putri Bugis-Boyolali yaitu program Perpustakaan Koper Bau-bau.
     Tak hanya di daerah Jawa, di Pulau Buton pada kurun waktu silam pernah terjadi diskriminasi pada siswi-siswi sekolah yang berhijab. Pihak guru justru mencemooh siswi berhijab dan melarangnya memakai hijab saat foto ijazah. Tak patah arang, siswi yang “bandel berhijab” menghubungi ustadnya agar melobi pihak sekolah.
     Lambat laun, larangan itu pun hilang. Siapapun bisa berhijab dengan bebas. Sayang, pergaulan remaja justru semakin mengganas. Pacaran seolah hal lumrah bagi kalangan remaja maupun orang tua. Malu, itulah perasaan orang tua jika anaknya tidak memiliki pacar.
     Ocnatias Eka Saputri merasa miris. Ia menganggap pergaulan yang jauh dari Islam ini karena rendahnya minat baca para remaja. Muslimah yang kerap disapa Tias ini mencoba mendobrak keadaan agar budaya membaca subur, termasuk semangat membaca buku-buku Islam. Ia menggagas berdirinya “Perpustakaan Koper Bau-bau” pada tahun 2010. Dengan perpustakaan keliling dimana buku-buku dibawa dalam koper ternyata mampu menarik banyak remaja. Tidak hanya gemar membaca, Tias juga menargetkan untuk ke depan bisa melakukan pembinaan melalui liqo halaqoh.
     “Saya tetap berhubungan dengan kawan-kawan di Buton untuk memantau perkembangan perpustakaan koper,” ujarnya saat diwawancarai.
     Hingga saat ini telah terkumpul 3 koper buku yang bisa dinikmati siapa saja tanpa berbayar. Buku-buku didapatkan melalui donasi para donatur maupun infaq buku dari penerbit di beberapa kota di Indonesia. Berbagai buku bisa ditemukan dan hanya buku dari penerbit terpercaya di perputakaan koper.
     “Tentunya buku-buku agama harus sesuai dengan akidah Ahlussunnah. Kami sempat menerima buku yang tidak sesuai dengann ajaran Islam hingga akhirnya tidak kami masukkan dalam perpustakaan,” terang muslimah bercadar ini.
***
     Ini tulisan dari liputan pertama saya. Semoga bermanfaat untuk umat. Pembaca bisa mendapat info lebih lanjut melalui fanpage Perpustakaan Koper Bau-bau.
Surakarta, 21 Juni 2015
Titin Fitriyani

2 komentar:

  1. di komunitas madiun membaca juga melakukan hal ini, perpus koper, bedanya lebih ke "dakwah" gemar membaca :)

    BalasHapus
  2. Masyaa Allah keren kak. Semoga makin menebar manfaat ya

    BalasHapus