Oh Media - Tulisan

Suatu ketika kakak tingkat mengirim info di grup WA Eksis FE Unnes bahwa ada sebuah training jurnalistik langka. Hah langka? Yap, tul sekali. Training itu langka karena berbagai fasilitas bintang lima yang diberikan, pembicara handal dalam kancah jurnalistik, 1000% ge-ra-tis, dan seleksi yang super ketat karena hanya akan diambil 15 peserta saja dari seluruh penjuru Indonesia. Training ini diadakan di Solo oleh muslimdaily.net dengan dukungan berbagai media Islam. Training jurnalistik ini bertajuk #KembaliKeMediaIslam.

Saya langsung merasa tertantang untuk mengikuti seleksi. Setelah setahun terakhir mencemplungkan diri (hehe) di kepenulisan juga beberapa organisasi dan komunitas yang mengamanahi di departemen media mungki ini jalanku untuk mengambil amanah dakwah di dunia jurnalistik, aamiin.

Setelah mengisi formulir pendaftaran saya juga mengirim tulisan yang bertema "Islam dan Media Massa di Era Globalisasi" sebagai persyaratannya.

Saya mendapat referensi dari tulisan Mbak Rizki Ageng beberapa waktu silam (edogawakeepsmile.blogspot.com). Dan taraaaa, ini goresan pena sederhana saya. Unek-unek tentang dunia media yang seringkali membuat saya harus mengelus dada.

Oh Media Oleh : Titin Fitriyani
“Kuasailah media massa, maka kau akan menguasai dunia.” 

Sebuah kalimat yang telah lama kudengar, terasa biasa saja, dan tak mengerti apa makna di balik kalimat tersebut. Tiap hari televisi tetap menjadi referensi, koran selalu jadi panutan, dan tak henti mendengar surat kabar.

Namun hari ini aku dibuat terangguk-angguk. Mata ini baru terbuka bahwa media itu bergantung siapa oknum di baliknya. Jika orang di balik media itu baik tentu dengan tegas akan menginfokan mana yang haq dan batil. Kalau tidak? Engkau tentu tau sendiri kawan.

Sebulan terakhir saat mahasiswa turun ke jalan mengkritisi pemerintahan sang presiden, kemana media? Ia justru bungkam seolah menidurkan diri. Membuai dengan aneka pengalihan isu. Lebih menyayat lagi, media dakwah situs Islam pun dibredel kawan.

Saat saudara kita di bumi Palestina diserang Yahudi laknatullah, mereka bilang itu hanya permasalahan negara tidak sampai merambah masalah agama. Saat seorang menyandang status terduga teroris, media sudah sebegitu mengeksposnya jika ia Muslim. Namun saat pendeta Buddha di Myanmar menjadi gembong teroris Rohingnya apakah ia menggembor-gemborkan? Mereka hanya mengejar rating dan mendiskriminasi Islam di negeri mayoritas Islam.

Karena itu kawan, apabila suatu ketika kau temui kebatilan dan kejahatan, jangan diam. Rekamlah dengan lisan dan tulisan. Dan kau tahu? Dunia media itu sangat keras. Untuk memperjuangkan satu berita yang muncul 15 detik di Top News saja kau harus berdarah-darah mempertahankan argumenmu.

Namun jika kau tak bisa turun tangan, bergeraklah dengan doa dalam-dalam.  Dan tahukah kau kawan? Itu menandakan selemah-lemahnya iman.


0 komentar:

Posting Komentar