“Mbak Tin, jadi kemarin pas perpisahan mamas, 10 besar dipanggil satu per satu dari peringkat ke 10.”
“Lalu?”
timpal saya.
“Nah
pas urutan ke-2 kok urutan mamas. Lha, Ibu ya deg-degan to.”
Begitu
ibu saya bercerita pas pengumuman kelulusan SMP adik saya. Ini adalah salah
satu dari sekian banyak pengalaman saya bersama keajaiban doa ibu. Perlu saya
ceritakan, adik saya selama ini adalah siswa biasa. Bukan bintang kelas,
apalagi yang namanya les di bimbel begitu. Masa nakal senakal-nakalnya pun saya
menyaksikan. Tapi, semua berubah ketika negara api menyerang doa-doa
tulus ibu didengar oleh Allah, in syaa Allah.
Lain
hari lagi, adik saya yang badung itu,
tak pernah absen untuk sholat wajib. Tiap hari rutin membaca Al-Quran. Saya
spechless.
“Mamas
dinasehati apa Bu?”
“Pakai
nasehat dari batin, ibu doain. Dibilangin langsung kan ya begitu.”
Aaaaa,
saat mendengar itu, saya sangat bangga sekali dengan ibu. Hingga kalau ingat
masa transformasi perubahan jaman Smea dulu, saya yakin ada andil ibu di
dalamnya.
Sebenarnya
ketahuan sekali, saya nulis ini adalah ketika merasakan kangen rumah :D. Ya,
kangen rumah dengan segala penghuni, kenangan, dan kenyamanannya. Apalagi
seorang yang rela sakit demi saya ini, ibu. Juga yang mau bersusah-susah
mencari nafkah, bapak.
Thanks
mom for everything. Walau anaku ini suka rewel kalau dibawain barang banyak
kalau mudik.
“Halah,
Mbak Tin ki. Di Semarang jajan2 ini ya doyan makannya to. Wis to, manut.”
Atau
ketika saya bertanya pada ibu, “Pengen Mbak Tin gimana, hehe”
Dijawab
saja simpel, “Gampang maem Mbak Tin.”
Ya,
tidak akan cukup beribu kata untuk mengucap terima kasih kebaikan seorang ibu.
Nasehat saya untuk temen-temen yang sedang baca tulisan ini, nikmati waktu berharga
saat orang tua masih ada. Sabar dengan apapun keadaan orang tua, biar suka
ngomel, suka khawatiran, atau apapunlah. Kelak kita akan rindu masa-masa itu.
Saat
ini mungkin kita hanya bisa mendoakan, namun berjanjilah untuk membanggakan
mereka. Jadilah anak shalih dan shalihah, kalian satu-satunya harapan mereka di
akhirat nanti kawan. Kalau sayang, kalau cinta, usahakanlah untuk bersua lagi
di surga-Nya. Saling nasehat-menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Pun saat
orang tua masih berbuat kesalahan, tegurlah baik-baik, tak perlu pakai urat dan
otot. Bukannya Allah menyuruh Musa berbaik hati pada Fir’aun walaupun dia
mengaku sebagai Tuhan?
Semarang,
28 September 2016
With love, putrimu
0 komentar:
Posting Komentar