Jelajah Jepara



Ujian Akhir Semester menjadi penanda ujung semester. Ya, Januari 2016 saya telah menuntaskan semester 3. Sesuai rencana kelas Pendidikan Akuntansi BC 2014, kami akan wisata bareng satu rombel. Rencana awal di Kota Batang terkendala suatu hal hingga tujuan perjalanan dialihkan ke Kota Jepara, Jawa Tengah.


Sebenarnya kelas kami terdiri atas 19 orang, namun karena ada yang tidak bisa ikut hanya 14 yang berangkat. It’s no problem.


UAS selesai tanggal 18 Januari 2016 dan kami sepakat ke Jepara hari Rabu 20 Januari 2016. Kami dihimbau oleh komting berkumpul di depan BNI pukul 05.00 WIB. Ternyata travel datang terlambat hingga pukul 06.30 WIB.



Travel datang kami langsung berhamburan masuk mobil. Saya duduk di bangku keempat, bersebelahan dengan Oliv dan Dita. Oh ya, kebetulan di kelas kami hanya ada 1 cowok sehingga di dalam mobil dia duduk bersebelahan dengan pak sopir. Bangku kedua ke belakang cewek semua. Tidak terbayang hebohnya dah xD.


Perjalanan Semarang-Jepara memakan waktu kurang lebih 2 jam. Di perjalanan saya membuat hand lettering yang tadi malam tertunda karena hal mendesak di kos.


Pantai Kartini

Sekitar pukul 08.30 WIB kami tiba di Pantai Kartini. Cuaca yang kurang cerah dan hujan tidak menghalangi kami untuk berfoto ria, hehe. Apalagi teman kami, Merlina, membawa kamera SLR-nya.


Oh iya, hand letterng amatiran saya sudah jadi sebelum sampai di lokasi pantai. Akhirnya dipakai berfoto oleh teman-teman.


Pesona dari Pantai Kartini menurut teman yang sudah pernah berkunjung adalah Pulau Panjang. Siapa yang hendak mengunjungi harus menaiki kapal. Berhubung sikon tidak memungkinkan kami tidak ke sana. Toh, misal hari cerah pun saya belum tentu ke pulau itu xD.


Yang menjadi ciri khas pantai ini adalah kura-kura raksasa. Di dalamnya ada objek wisata tapi saya tidak paham dan kurang tertarik. Selain itu susunan huruf PANTAI KARTINI juga tak luput dari sasaran background foto pengunjung.


Pantai Bandengan

Pantai yang terkenal pasir putihnya. Hari masih gerimis saat kami tiba kurang lebih pukul 10.30. Di pantai ini pengunjung dipersilakan untuk berenang di zona yang telah ditentukan. 


Dari dulu kalau ke pantai saya memang tidak nyemplung-nyemplung. Pengen sih, tapi mengingat kulit sensitif mending jadi penjaga tas teman-teman saja hwehe.


Saya pikir orang lain di pantai mengira kami rombongan emak-emak pengajian atau anak madrasah mana. Lha liburan di pantai kami tetap PW dengan gamis maupun pakaian longgar kami. Keep calm and wear hijab syar’i.


Di Pantai Bandengan saya merasa puas “gila-gilaan” dengan teman-teman. Buat video wefie muter-muter yang tidak jadi mulu. Dokumentasi video bareng Dita, Oliv, Arum, Risma, dan Rinda yang konyol. Dan shoot foto dimana bertebaran tampang-tampang melepas penat UAS.


Oh ya, tips penting untuk teman-teman yang main ke pantai, wajib bawa kaos kaki double atau triple ya. Soalnya kaos kaki bisa jadi kotor atau basah. Kalau sudah begitu tidak nyaman dipakai kan?


Air Terjun Songgo Langit

Saya yang notabene anak desa sebenarnya tidak heboh-heboh banget untuk ke air terjun. Lha suasana sekitar air terjun umumnya kurang lebih sama dengan kali (sungai) yang dipakai bermain jaman kecil dulu.


Di air terjun Songgo Langit kami tidak perlu menuruni beratus-ratus tangga untuk melihatnya. Mobil travel menuruni jalan curam, eh air terjunnya ujug-ujug sudah di depan mata.


Sampai Songgo Langit ada mahasiswa Undip KKN yang sedang lmain bareng. Di sini ada anak asli yang boleh dibilang kondisi mental agak terganggu yang selalu ikut nimbrung siapa saja yang berfoto. Saya tau dia tidak bermaksud mengganggu tapi saya merasa takut. Sedang unjuk gigi siap diambil gambar tiba-tiba dia datang, kami langsung bubar deh.


Kemudian saat kami akan berfoto bareng satu kelas, anak tersebut ingin berfoto bareng kami. Terjadilah kong-kalikong dengan anak-anak Undip agar anak tersebut terbujuk selfie dengan mereka tanpa mengganggu sesi foto kami. Dan saat anak Undip yang akan foto bareng, giliran rombongan kami yang mengajak si anak foto.

***

Dari beberapa masjid yang kami singgahi, ada satu hal mencolok yang berbeda dengan masjid di daerah lain. Bahwa di Jepara arsitekturnya kental dengan ukiran dan nyeni.


Berbeda dengan sebelumnya, saat pulang kami memutuskan untuk sholat Isya di Masjid Agung Demak. Masjid yang akrab karena sejarahnya yang kental dengan Walisongo.


Setelah selesai sholat, kami berencana makan malam di Warung Lamongan. Tiba di TKP yang bersebelahan dengan warung nasi goreng akhirnya saya dan 4 teman membelot ke nasgor. Tak lama kemudian orang tua kami yang bernama Umi asal Demak menyambangi tempat makan kami. Dibawakan tahu petis dan sepanci kerang rebus, hmmm nikmatnya.


Saya kesulitan betul membuka kerang. Seingat saya baru berhasil satu kali. Karena kasihan mungkin, komting yang ikut makan di warung nasi goreng membuka kerang. Saya, Rinda, Ifti, dan Susi tinggal ambil hihi.


Jam 22.00 kami beranjak pulang setelah berburu buah tangan. Kalau mau beli oleh-oleh, ternyata di dekat Masjid Agung Demak sangat terjangkau. Lima puluh persen lebih murah daripada di toko oleh-oleh umumnya.


Alhamdulillah pukul 22.30 mobil telah sampai di bumi Sekaran. Nice trip with you guys.

4 komentar: