Karena Dakwah Bukan Hanya Tugas Pak Kiyai

Terseok-seok di jaman kejahiliyahan tentu pernah dialami siapa saja. Tentu tak ada kekuatan lain yang mampu mendatangkan cahaya Islam yang menggugah kecuali hanya Allah. Dan setelah mendapat hidayah itu akan ada sosok-sosok baru yang mempunyai keinginan besar untuk turut serta menyebarkan hikmah-hikmah yang terserak melalui jalan dakwah.

Lalu dengan jalan apa kita bisa berbagi? Banyak jalan menuju Roma, banyak cara yang bisa dilakukan sesuai dengan potensi besar dalam diri. Tidak melulu harus berdiri di atas podium untuk mendakwahkan kemuliaan Islam dan menyeru pada kebenaran. Dalam surah Al-Asr disebutkan bahwa termasuk orang beruntung ialah mereka yang saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran.

Semua bagian tubuh mempunya peran yang penting. Saling melengkapi satu sama lain. Seperti itu juga dalam pemberdayaan potensi para pemuda Islam. Apapun potensi yang dimiliki bisa diarahkan ke jalan dakwah Islam. Nggak percaya? Ini nih:
  1. Hobi desain? Sekarang tak sedikit teman-teman yang bikin desain unyu bertemakan Islam.
  2. Suka ngomong di depan umum? Salurkan bakat tersebut dalam public speaking untuk mengajak pada Amar Makruf Nahi Munkar.
  3. Suka jualan? Bukankah Rasulullah merupakan seorang pengusaha teladan? Yang tak pernah berpikir dua kali menafkahkan hartanya di jalan Islam?
  4. Demen nulis? Oh, itu juga bisa dimanfaatkan untuk berdakwah. Banyak saudara muslim kita yang mendapat hidayah setelah membaca sebuah tulisan yang menggugah.
Sumber : Muslim Desainer Community
Dari beberapa potensi itu saya merasa ngeh dengan potensi kepenulisan dalam diri saya. Setidaknya saya mempunyai modal awal gemar membaca yang mendorong hobi menulis ini tumbuh.

Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib).

Sebuah kata mutiara dari Ali bin Abi Thalib telah berhasil menyuntikkan motivasi tegangan tinggi untuk saya yang baru saja menapakkan kaki di dunia literasi. Siapa kau? Anak ulama pun bukan, maka menulislah!

Sebelumnya tentu ada sebuah dorongan besar mengapa diri ini merasa terpaut hati dengan menulis. Karena tanpa alasan kuat untuk menulis maka bisa jadi dalam komputer kita hanya akan penuh dengan draft-draft outline. Seperti yang kita tahu dalam kepenulisan pasti ada pihak-pihak yang terjun dengan berbagai motivasi antara lain:

  • Motivasi Finansial : tujuan utamanya mendapat honor atau royalti dari tulisannya.
  • Motivasi Popularitas : sebagai media agar dikenal luas oleh khalayak.
  • Motivasi Karir : karya yang dibuat untuk kenaikan karir di instansi atau perusahaan.
  • Motivasi Akademis : untuk memenuhi tugas atau kompetisi di pendidikan formal.
  • Motivasi Idealisme : karya yang dibuat untuk menebarkan ide, inspirasi, ajaran yang diyakininya kepada pembaca.
Dan saya lebih mengharap pada peluang di akhirat nanti akan mendapatkan setumpuk pahala yang tak terduga. Saat ditanyakan pada malaikat dijawabnya bahwa ini berkat sekelumit tulisan-tulisan saya yang mampu menggerakkan orang lain pada kebaikan. Ya, telah saya temukan alasan kuat yang terpatri di sanubari menulis untuk menebar manfaat, menyampaikan ilmu, menginspirasi sebanyak mungkin sesama, meninggalkan jejak sejarah, serta aliran pahala tiada henti di barzah kelak.

Bacaan yang menginspirasi tulisan ini:
Tulisan deardwis.blogspot.com
Kelas menulis Ahmad Rifai Rifan

2 komentar:

  1. Blognya rapi, dan kutipan Ali di atas, JLEB banget. Hatur nuhun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hatur nuhun kembali

      Biasanya saya hunting lomba di blog absurditasmalka.blogspot.co.id juga. Banyak tips nya juga, kece kak

      Hapus