Rentang bulan Oktober-November 2015 intensitas pengadaan pelatihan
jurnalistik di kampus cukup banyak. Tercatat Hima Sastra Perancis, Hima Pendidikan
Ekonomi, UKM Penerbitan dan Pers Mahasiswa, Eksis Rohis FE Unnes, UKKI Unnes,
dan KAMMI Soshum mengadakan pelatihan jurnalistik. Maybe, karena rata-rata
mahasiswa sudah melek bahwa saat ini orde media.
![]() |
Seorang fotografer Syam yang kehilangan kaki namun tetap semangat berburu foto |
Saya ikut menjadi panitia di Training jurnalistik dan Sponsorship
Eksis FE Unnes dan Islamic media training UUKI Unnes. Ada beberapa hal yang
ingin saya share selama kepanitiaan. Semoga bermanfaat.
Saya menjadi sie humas dengan 3 teman akhawat yang lain. Tugas
utama kami kurang lebih mencari pembicara dan urusan distribusi surat. Saya
mendapat amanah dalam hal pembicara training jurnalistik.
Pikiran saya langsung menuju ke Ustadz Dzikrullah dan Ustadzah
Santi. Setelah meminta CP ke Umi Sus Solo saya pun mendapat CP Ustadzah Santi.
“Assalamualaikum umm, saya Titin dari Unnes. Kami berencana
mengadakan training jurnalistik tanggal sekian, apakah ustadzah Santi dan
Ustadz Dzikru bersedia menjadi pembicara?” kurang lebih begitu isi chat WA yang
saya kirim.
“Mohon maaf Mbak Titin. Saya belum bisa menjanjikan sebab saat ini
masih khidmat merawat ayah saya yang sakit di Jakarta. Mungkin sebaiknya
dicarikan pembicara lain saja Mbak. Semoga Allah mudahkan,” balas Ustadzah
Santi.
Memang konsekuensi yang akan didapat apakah bisa atau tidak. Saya
berusaha mencari pembicara lain yang bisa. Tak dinyana beberapa hari kemudian
beliau mengirim chat, “ Titin, in syaa Allah kami berdua bisa.”
Girang bukan main, berarti saya akan mendapat kesempatan kedua
untuk belajar kembali dengan jurnalis ini. Beliau berdua pernah salah dua orang
yang menginspirasi saya untuk jihad melalui jalan media.
Rasa girang berubah menjadi
bingung, karena saya ditagih kepastian soal tarif pembicara oleh bendahara
acara. Padahal saya tahu seperti apa karakter beliau berdua dalam masalah ini.
Dengan berat hati saya mengetik di papan keyboard hp untuk menanyakan hal
tersebut pada Ustadzah Santi.
Tik tok tik tok.
Menunggu balasan Ustadzah membuat hati dag dig dug. Saat balasan
beliau masuk, saya minta tolong teman yang baca. Dia senyum dan bertanya tadi
saya bertanya apa toh?
Tahukah apa balasan dari beliau?
“Subhanallah? Tarif? Titin mengundang kami jadi pembicara kan? Kenapa bicara tarif?”
Rasanya campur aduk, malu sekaligus kagum pada beliau. Really,
pejuang Islam sejati tak akan melihat dan tergoda dunia.
Syuro (rapat) persiapan training terus digelar. Karena ada hal hal
yang mendesak akhirnya diputuskan untuk memajukan waktu training seminggu. Saya
langsung konfirmasi ke Ustadzah Santi. Ternyata beliau tidak bisa datang di
tanggal yang baru.
Semoga bisa belajar di lain kesempatan dengan beliau.
Kami lekas mencari pengganti. Satu kandidat yang diajukan yaitu
Imam Bukhari CEO CahUnnes.com. beliau yang domisili Jakarta kebetulan tiap
weekend ke Semarang. Alhamdulillah kebetulan. Dan sekali lagi saya speecless,
beliau mengatakan TIDAK untuk tarif.
Islamic Media Training UKKI Unnes
Dalam acara ini akan ada pelatihan sinematografi, media online, dan
jurnalistik. Untuk jurnalistik saya mengajukan Ustadz Muhammad Pizzaro pemred
Islampos.com. Beliau cukup pengalaman mengisi pelatihan-pelatihan jurnalistik.
Tercatat saat ini Ustadz Pizzaro merupakan sekjen JITU (Jurnalis Islam
Bersatu).
Setelah panitia menghubungi
dan menyatakan sanggup, tiba juga untuk memperbincangkan tarif. Beliau
menjawab, “Saya tidak biasa pakai tarif.”
Masya Allah. Saya belajar banyak akan arti membagikan ilmu yang
bermanfaat dan jihad fii sabilillah dari pejuang-pejuang media Islam ini.
0 komentar:
Posting Komentar