Setelah selama sebulan full di tanah rantau akhirnya akhir maret
ini bisa pulang kampung, ayeee. Tidak hanya untuk melepas rindu pada ayah, ibu,
adek, nenek, tetangga namun juga karena sebuah amanah. Ya, amanah pertama untuk
FLP Magelang.
Sekian lama memimpikan di kota sendiri ada FLP akhirnya
tahun 2015 kesampaian, alhamdulillah. Jadi, pada hari Sabtu tanggal 28 Maret
2015 FLP Magelang mengadakan bincang-bincang hangat dengan narasumber Kak Sinyo
Egie dengan tema “Sukses Menembus Penerbit”. Eitsss, sudah tau belum Kak Sinyo
siapa? Beliau adalah penulis Magelang yang telah menghasilkan beberapa buku best
seller antara lain “Anakku Bertanya tentang LGBT”.
Tentu dong kita yang notabene seorang penulis mempunyai mimpi yang
tak bisa ditawar yaitu “BISA MENERBITKAN BUKU”. Setelah berpeluh-peluh untuk
mencari ide, cari referensi, diskusi dengan teman, nyuri-nyuri waktu untuk
merampungkan tulisan, dll terasa lebih maknyusss jika bisa memecah telur dengan
mengirimnya ke penerbit dan LOLOS.
Lalu apa dong kak tips dan triknya?
Cekidot.
1.
Berbeda
Tema cinta, motivasi, dan keuangan bisa dibilang selalu diserap
pasaran. Ya, benar sekali. Dengan catatan, buatlah buku yang tidak biasa-biasa
saja. Cobalah lihat berbagai fenomena berkaitan dengan tema yang kita ambil dari
sisi yang berbeda.
2.
Check
list
“Maaf bu, apakah syarat yang harus dilampirkan jika saya ingin
mengajukan naskah di penerbit ini?”
Please! Hindari pertanyaan seperti ini apalagi via email. Kalau
saja kita kita tahu, mungkin dalam sehari puluhan bahkan ratusan email
pengajuan naskah yang diterima editor. Pertanyaan di atas sudah untung bisa terbaca
editor.
Namun, jika kita ujug-ujug kirim file word pada sang editor juga
tidak etis. Iki opo karepe? Kau yang sudah berpuluh-puluh halaman menerbitkan
gagasan dalam naskahmu apakah sulit untuk menuliskan beberapa paragraf untuk mengantarkan
naskah masuk meja editor? Buatlah ijin untuk memasukkan naskahmu.
3.
Community
“Jika kau ingin memperjuangkan mimpi, bergabunglah bersama mereka
yang memiliki mimpi yang sama”
Yap, sangat besar sekali kekuatan komunitas dalam menggenjot
semangat. Misalnya saat saya bergabung dengan teman-teman Fresh Author di WA.
Akan ada teman yang berbagi ilmu kepenulisan, sindiran untuk poduktif, juga
peluang-peluang menulis yang lain. Dan saat yang paling bikin greget adalah
ketika ada teman yang mengirim gambar cover buku mereka. Wih, satu per satu
komentar teman bermunculan “aku nyusul, bukuku otw, dll” hehe.
4.
Ikut
lomba
Pernah mendapatkan status dari Pak Dwi Suwiknyo founder Pesantren
Penulis yang intinya kalau seorang penulis waktu pokoknya diisi untuk menulis
buku sedang waktu santainya untuk ngeblog ataupun ikut event lomba. Lalu saya
bertanya, “Kalau keasyikan ikut event lomba jadi lupa nulis bukunya gimana
Pak?”. Ikut lomba yang hadiahnya gede, begitulah jawabnya, hehe.
Mungkin memang ada para pemburu lomba apalagi di kalangan
pelajar-mahasiswa yang notabene bisa menambah uang saku. Namun bagi kamu yang
memang berambisi besar menjadi penulis ini merupakan salah satu cara untuk
mengasah dan unjuk gigi akan kemampuan menulis. Apalagi jika ada tema yang kamu
banget.
5.
Attitude
Jangan jadi penulis nyebelin. Kalau penerbit mempunyai kebijakan
menjawab diterima tidaknya naskah 3 bulan kemudian ya kita harus sabar. Jika
belum 3 bulan jangan rewel menanyakan pada editor, ok?
6.
Konsisten
Jika satu hari kita istiqomah menuliskan 2 halaman saja, dalam
sebulan 60 halaman telah kita hasilkan. Biasanya penerbit memberi syarat
minimal berapa halaman unutk diajukan pada penerbit. Saat penerbit mensyartakan
kisaran 100 halaman bukankah dalam 2 bulan kita berhasil menyelesaikan 1 buku?
Namun membahas masalah konsisten tentu tak lepas dari tantangannya
yang begitu besar. Tak perlu jauh-jauh, contohnya saya sendiri. Selalu saya
memiliki semangat yang menggebu saat bisa sharing bersama rekan-rekan penulis.
Sepulang dari acara ada tekad kuat untuk menulis. Tapi kenyatannya, tidak
semulus rencana, iya ngak? Maka dalam kreatifitas ini berbanding lurus dengan
ruhiyah kita. Saat kita meniatkan aktifitas menulis ini untuk sarana dakwah
maka jangan songong, dengan PD lupa daratan tanpa doa pada Allah. Sebelum
menulis jangan pernah absen berdoa, dzikir, dekatkan diri sedekat mungkin pada
Allah, perbanyak amalan sunnah. Karena sesungguhnya segala inspirasi juga
kemudahan mengayunkan pena ini tidak lain datang berkat kekuasaan Allah.
7.
Never
give up
Berapa kali J.K Rowling menawarkan naskah Harry Potter pada
penerbit? Beberapa kali ia ditolak sebelum akhirnya diterima sebuah penerbit
yang mengantakan pada ke-best seler-an.
Lalu Asma Nadia? Helvy Tiana Rossa? Habiburrahman El-Shirazy? Tentu
tidak langsung pada karya pertama langsung melejit di dunia literasi. Bahkan
menurut Kak Sinyo rata-rata penulis Indonesia akan dikenal masyarakat setelah 5
tahun di dunia kepenulisan.
Dan siapa yang tidak tahu penulis Ahmad Rifai Rifan? Ia mulai
menulis saat duduk di bangku kuliah. Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk; Jomlo Sebelum
Nikah; My Live My Adventure; Man Shabara Zhafir; Hidup Sekali, Berarti, Lalu
Mati; The Perfect Muslimah; Nikah Muda Siapa Takut; termasuk karya-karya
bersama murid kursusnya Life is Never Flat; trilogi move on Ketika Mencintai
Tak Bisa Memiliki; Tuhan Memberi yang Kita Butuhkan, Bukan yang Kita Inginkan;
Allah, Mengapa Engkau Pisahkan Kami dan masih buaaaanyak lagi karya dihasilkan.
Saat menjalani kursus dengan beliau sempat menceritakan bahwa tidak
semua karyanya terserap pasar. Di masa awal kepenulisan tentu ia masih
meraba-raba apa jenis tulisan yang dibutuhkan masyarakat. Ia tak menyerah
walaupun menjadi pendatang baru apalagi merupakan anak teknik. Sekarang bisa
dilihat sendiri, bisa saya dipastikan karyanya selalu ditunggu pembaca.
Jadi, masih mau menjadi penulis manja? Penulis manja akan hilang
ditelan bumi.
Pengen mengenal lebih jauh tentang FLP Magelang? Pengen gabung? Pengen joint acara-acara serunya? Silahkan hubungi ketuanya di 085729878710 atas nama Muhammad Safari.
0 komentar:
Posting Komentar