Terseok-seok di jaman kejahiliyahan tentu pernah dialami siapa
saja. Tentu tak ada kekuatan lain yang mampu mendatangkan cahaya Islam yang
menggugah kecuali hanya Allah. Dan setelah mendapat hidayah itu akan ada sosok-sosok
baru yang mempunyai keinginan besar untuk turut serta menyebarkan hikmah-hikmah
yang terserak melalui jalan dakwah.
Lalu dengan jalan apa kita bisa berbagi? Banyak jalan menuju Roma,
banyak cara yang bisa dilakukan sesuai dengan potensi besar dalam diri. Tidak
melulu harus berdiri di atas podium untuk mendakwahkan kemuliaan Islam dan
menyeru pada kebenaran. Dalam surah Al-Asr disebutkan bahwa termasuk orang
beruntung ialah mereka yang saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran.
Semua bagian tubuh mempunya peran yang penting. Saling melengkapi
satu sama lain. Seperti itu juga dalam pemberdayaan potensi para pemuda Islam.
Apapun potensi yang dimiliki bisa diarahkan ke jalan dakwah Islam. Nggak
percaya? Ini nih:
- Hobi desain? Sekarang tak sedikit teman-teman yang bikin desain unyu bertemakan Islam.
- Suka ngomong di depan umum? Salurkan bakat tersebut dalam public speaking untuk mengajak pada Amar Makruf Nahi Munkar.
- Suka jualan? Bukankah Rasulullah merupakan seorang pengusaha teladan? Yang tak pernah berpikir dua kali menafkahkan hartanya di jalan Islam?
- Demen nulis? Oh, itu juga bisa dimanfaatkan untuk berdakwah. Banyak saudara muslim kita yang mendapat hidayah setelah membaca sebuah tulisan yang menggugah.
![]() |
Sumber : Muslim Desainer Community |
Dari beberapa potensi itu saya merasa ngeh dengan potensi
kepenulisan dalam diri saya. Setidaknya saya mempunyai modal awal gemar membaca
yang mendorong hobi menulis ini tumbuh.
“Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka
tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib).
Sebuah kata mutiara dari Ali bin Abi Thalib
telah berhasil menyuntikkan motivasi tegangan tinggi untuk saya yang baru saja
menapakkan kaki di dunia literasi. Siapa kau? Anak ulama pun bukan, maka
menulislah!
Sebelumnya tentu ada sebuah dorongan besar
mengapa diri ini merasa terpaut hati dengan menulis. Karena tanpa alasan kuat
untuk menulis maka bisa jadi dalam komputer kita hanya akan penuh dengan
draft-draft outline. Seperti yang kita tahu dalam kepenulisan pasti ada pihak-pihak
yang terjun dengan berbagai motivasi antara lain:
- Motivasi Finansial : tujuan utamanya mendapat honor atau royalti dari tulisannya.
- Motivasi Popularitas : sebagai media agar dikenal luas oleh khalayak.
- Motivasi Karir : karya yang dibuat untuk kenaikan karir di instansi atau perusahaan.
- Motivasi Akademis : untuk memenuhi tugas atau kompetisi di pendidikan formal.
- Motivasi Idealisme : karya yang dibuat untuk menebarkan ide, inspirasi, ajaran yang diyakininya kepada pembaca.
Dan saya lebih mengharap pada peluang di
akhirat nanti akan mendapatkan setumpuk pahala yang tak terduga. Saat ditanyakan
pada malaikat dijawabnya bahwa ini berkat sekelumit tulisan-tulisan saya yang
mampu menggerakkan orang lain pada kebaikan. Ya, telah saya temukan alasan kuat
yang terpatri di sanubari menulis untuk menebar manfaat, menyampaikan ilmu,
menginspirasi sebanyak mungkin sesama, meninggalkan jejak sejarah, serta aliran
pahala tiada henti di barzah kelak.
Bacaan yang menginspirasi tulisan ini:
Tulisan
deardwis.blogspot.com
Kelas
menulis Ahmad Rifai Rifan
Blognya rapi, dan kutipan Ali di atas, JLEB banget. Hatur nuhun.
BalasHapusHatur nuhun kembali
HapusBiasanya saya hunting lomba di blog absurditasmalka.blogspot.co.id juga. Banyak tips nya juga, kece kak